Senin, 02 Juni 2008

Ekspresi Aura Kejujuran

Pernahkah menatap orang terdekat ketika sedang tidur.......
Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur.

Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.
Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi

akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di

dunia pun jika ia sudah tidur tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah Anda saat beliau sedang tidur.
Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih,

betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai

terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita,

anak-anaknya. Orang inilah yang rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan

pendidikan kita berjalan lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibunda Anda. Kulitnya mulai keriput dan tangan yang

dulu halus membelai- belai tubuh bayi kita itu, kini kasar karena tempaan hidup yang

keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling

rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata- mata karena rasa kasih dan sayang,

dan sayangnya, itu sering kita salah artikan.

Cobalah tatap wajah orang-orang tercinta itu...
Ayah, Ibu, Suami, Istri, Kakak, Adik, Anak,
Sahabat, Semuanya...

Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya.
Rasakanlah energi cinta yang mengalir perlahan saat menatap wajah yang terlelap itu.

Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya

pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda.

Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah kenapa

selalu saja nampak besar. Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa

tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang

kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur

pun mengungkap segalanya.

Tanpa kata, tanpa suara dia berkata... "betapa lelahnya aku hari ini".
Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah kita.
Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras mengurus dan

mendidik anak, mengatur rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan

hari-hari suka dan duka bersama kita.
Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap

wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika

membuncah jika mengingat itu semua.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

<< Home